Senin, 10 Februari 2014



Ust. H. Asep Sofyan, S.Pd.I

Kedua aktivitas ini selalu berulang kita lakukan  setiap saat, detik, waktu dan keadaan baik yang dikerjakan secara sengaja ataupun tidak, Ternyata seluruh isi hidup keseharian ini akan selalu dipenuhi dan diawali dengan Melihat atau Mendengar.

Maka selama kedua nikmat yang dianugrahi Alloh SWT. Ini ada bersama kita manusia normal –tidak cacat-  Alangkah indahnya apabila kita selalu dan senantiasa meningkatkan rasa tasyakur kita akan nikmat melihat dan mendengar ini dengan cara memanfaatkannya atau menggunakannya untuk Membaca.

Karena tradisi membaca seharusnya menjadi Pintu pembukan dan Jendela pertama untuk mengetahui kondisi tempoe doeloe dan kemajuan informasi transformasi dimasa depan yang akan datang.

Itulah sebabnya kenapa Masyarakat Shohabah pada masa Rosululloh SAW. Mengalami kejayaan Islam yang gilang gemilang

(‘Izzatul Islam Wal Muslimiin), Jawabanya tiada lain karena masyarakat ketika itu sudah membudayakan tradisi Iqro atau membaca sehingga mereka akan sangat mudah dalam menyerap segala dinamika perubahan positif (Ishlah) kearah yang lebih baik lagi, Sebab itulah IQRO dijadikan motor penggerak utama dalam merubah masyarakat jahiliyyah pada masa itu kealam tamaddun Madaniyyah.

Oleh sebab itu Alloh SWT. Melegendakan  wasiat pertamanya dalam Al-Qur’an kepada Baginda Rosulullah SAW. Agar  disampaikan kepada seluruh pengikut Umatnya yang diawali dengan Lafadz (IQRO)-surat Al’Alaq,

Lafadz IQRO yang dimaksud dalam alquran bukan hanya sekadar  huruf tanpa arti, maksud dan makana atau bukan pula sekadar perbuatan yang hanya membuka dan menutup bola mata sahaja lalu mengedipkan kedua-duanya. Akan tetapi lebih menitik beratkan kepada al-hasil dari proses perbuatan setelah kita membacanya.


Maka agar masyarakat millennium kita sekarang berjalan keaarah yang lebih baik lagi maka tiada lain lagi kunci pertama dan katup pembukanya ialah dengan menajamkan penglihatan akan segala perubahan dinamika yang ada –memberi manfaat atau mudhorot- dan juga menguatkan sensor pendengaran kita terhadap segala informasi yang masuk –menjadikan maslahat atau mafsadat-.

Mungkin ini sahaja kalimat iftitah dari dewan redaksi, Semoga kita semua menjadi santri-santri  yang pandai mentradisikan budaya BACA dilingkungan kita sehingga kita bisa menjadi tonggak penerus peradaban dunia masa depan, sekarang dan yang akan datang. Amiin Ya robbal ‘alamien.