Senin, 10 Februari 2014



Ust. H. Asep Sofyan, S.Pd.I

‘Ainurridho’ adalah ‘mata cinta’ Penglihatan yang penuh dengan dengan perasaan senang dan rela terhadap suatu objek, bagaimanapun keadaanya. Adapun ‘Ainusukhti’ adalah mata kebenciaan. Suatu penglihatan yang penuh dengan perasaan marah dan murka.

Baik ‘ainurridho’ maupun ainusukhti’, keduanya sama-sama tidak akan mampu melihat segala sesuatu secara ‘itidal’/ objektif, apa adanya.

Dihadapan ‘ainurridho’ segala sesuatu kejelekan seseorang tidak pernah akan Nampak seperti aib, contoh seorang ibu yang membela mati-matian anaknya tidak bersalah, meski sebenarnya ia tahu bahwa anaknya benar-benar telah berbuat salah. Sebesar apapun kesalahan anak didepan ‘ainurridho’ bukanlah sebuah aib, sebab penglihatan objektifitasnya telah terhijab dengan besarnya rasa cinta dan senang sehingga penilaian-penialainnya tidak akan tajam (kalilah).

Sebaliknya dalam pandangan ‘ainussukhti’ apapun yang anda perbuat semuanya buruk, Sebaik apapun yang anda kerjakan tetap dinialai dan dicatat sebagai sebagai suatu keburukan.

Pengllihatan ‘ainuskhti’ hanya akan menghasilkan kecurigaan, cemoohan, penghinaan, dan su’udzon berlebihan yang tak pernah berujung.

Bahkan pelakunya cenderung berupaya selalu merekayasa dan memutarbalikkan fakta-fakta yang ada, sebagai satu siasat untuk menjatuhkan derajat kehormatannya dan melampiaskan kemurkaan dan kebencian nafsu ‘ainusukhti’nya.

Lalu bagaimanakah sikap kita menghadapi orang yang memiliki ‘ainusukhti’?
Yang pertama dengan membuat pembuktian dengan kerja keras dan tawakal kepada Alloh.karena Tidak ada lagi kalimat dan kata-kata yang akan dapat didengar, oleh sebab akal sehatnya sudah terpengaruhi dengan pandangan-pandangan picik hatta objektivitas penilaiannya sudah terkontaminasi oleh polusi kebencian. Jadi bukanlah penjelasan Syafahi/ Verbal yang dapat menjawab tantangan penilaian orang yang memiliki ‘ainussukhti’.

Dan jawaban yang kedua menghadapi tipu daya ‘ainusukhti’. Yaitu dengan memperbesar husnuzhonnya terhadap pelaku, buatlah

dirimu seakan-akan tuli atau telingamu tertutup dan tidak pernah mendengar sedikit pun ucapan-ucapan kebencian darinya.

Lalu apakiranya yang ,menjadi sebab munculnya ‘ainussukhti’?. Bibit awalnya dimulai dari perbedaan kesenjangan yang yang menjadi jurang pemisah yang jauh antar satu dengan yang lainnya, juga ketiadaan berfikir rasional dan ketidakmampuan bersikap objektif.sehingga menjadi rentan terserang virus ‘ainusukhti’ yang merajalela dan melanda pergaulan sosial keseharian kita.

Semoga kita semua bisa belajar untuk memandang segala sesuatu perkara secara ‘itidal’ atau ‘tawasuth’ sehingga tidak akan terjadi korban yang merasa terzholimi, atau orang-orang yang merasa bangga dan tertawa-tawa diatas penderitaandan kesediahan orang lain karena telah berhasil mendzolimi lawannya dengan ‘ainusukhti’.