Senin, 17 Februari 2014


Ust. H. Asep Sofyan, S.Pd.I
 

Ungkapan ini senantiasa selalu kita dengar pada pidato pembukaan khutbatul ‘arsy yang langsung disampaikan oleh Bapak Pimpinan Pondok di hadapan seluruh santri. Tujuannya agar para santri tidak merasa seperti tamu yang merasa asing karena belum mengenal tentang kampung halamannya sendiri. Bagaimana agar para santri tidak perlu merasa asing di dalam pondoknya sendiri? Maka tentunya ia haruslah lebih banyak tahu dan harus lebih dalam mengenal akan eksistensi almamaternya sendiri yang telah mengasuh, mengayomi dan membesarkannya seperti ‘ibu kandungnya’ sendiri, sehingga mereka menjadi orang-orang yang dipandang dan dihargai di tengah masyarakatnya.

Jika santri sudah tahu dan kenal lebih jauh tentang almamaternya maka akan tumbuh dan berkembang dalam jiwanya rasa sayang dan cinta almamater yang dapat melahirkan bentuk karakter rela berjuang dan berkorban demi kemajuan almamaternya. Kalau setiap santri memiliki jiwa cinta almamater niscaya ia akan mempunyai kemauan untuk memajukannya ke arah yang lebih baik. Sehingga segala sesuatu permasalahan sesulit apapun yang ada di pondok akan selalu diusung secara bersamaan tanpa mengedepankan ‘ego’ pribadinya masing-masing demi satu tujuan yaitu memajukan nama almamaternya sendiri .

“Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, berdiri sama tinggi duduk sama rendah”, sinergi kebersamaan inilah yang harus dibangun pada setiap santri dan harus dipatrikan ke dalam jiwa sanubari mereka agar mereka-mereka ketika masih di dalam ataupun setelah keluar nanti (alumni) memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap alamamaternya dan kemauan yang kuat untuk membantu bagi kemajuan almamaternya sendiri,  terlebih-lebih mereka yang memang diabdikan di dalam almamaternya sendiri tentu mereka akan berjuang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan potensi dan kemampuan yang ada untuk bekerja keras demi kemajuan almamaternya.

Adapun nilai kemampuan seseorang akan tercipta apabila ada tiga hal, diantaranya ;
  1. Quwwatulmaaddiyyah atau modal materi baik berupa harta ataupun fisik yang prima
  2. Quwwatulma’nawiyyah atau modal ilmu baik berupa pengetahuan maupun pengalaman-pengalaman yang berguna dan bermanfaat.
  3. Quwwaturruhiyyah atau modal mental/jiwa baik berupa kekuatan mental dan keberanian jiwa untuk berbuat atau bekerja, ketabahannya maupun ketenangan jiwanya ketika berada di almamater sendiri. Modal ruhiyyah ini yang harus lebih dimiliki oleh para santri, karena inilah yang bisa menciptakan dan melahirkan ‘kemauan’ untuk berbuat dan bekerja pada almamaternya sendiri, sehingga ia tidak disebut sebagai orang asing atau tamu dikampungnya sendiri.

Kalau ketiga modal itu belum ada dan belum kita miliki maka jangan pernah putus semangat untuk ‘MAU’ bekerja sekecil apapun dalam bidang jabatan dan bagiannya masing-masing karena tidak ada yang dianggap kecil dan sia-sia dipandangan Allah SWT.

Jangan hanya karena faktor kemampuan yang belum ada kemudian kita hilangkan ‘kemauan’ kita untuk bekerja ataupun merasa sungkan dan takut salah ketika hendak berbuat dan bertindak, jadi  lebih baik salah setelah kita berbuat lalu kita dapat memperbaiki kesalahannya, daripada salah karena kita tidak pernah ‘MAU’ berbuat.karena ‘kemauan’ lah justru yang akan mengasah diri kita untuk dapat melahirkan kemampuan walaupun kadang kala ada kesalahan  dan kekurangan-kekurangan di dalam ketika kita bekerja.
Lalu bagaimana kita memunculkan ‘kemauan’ untuk bekerja? Tentunya dengan cara mengatasi was-was fikiran dalam otak kita yang senantiasa mendudukan kita untuk selalu ingin santai dan diam dalam kejumudan-kejumudan, tanpa ‘mau’ berbuat apa-apa untuk umat. Karena sebaik-baiknya kita adalah orang-orang yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

Terakhir janganlah kita bangga hanya sekadar menjadi penonton yang hanya duduk, bisa tertawa menikmati permainan lalu kemudian bersorak riuh dan bertepuk tangan menyaksikan pemain berhasil  berlaga di lapangan hijau, apalagi mereka bermain di stadion kita sendiri, tentunya akan lebih bermakna apabila kita yang turun kelapangan untuk sama-sama bermain sportif dan masing-masing mengambil posisi dan bagiannya agar dapat ikut andil berperan dalam meng’gol’kan keberhasilan permainan di lapangan ini tiada lain dan tiada bukan untuk maksud dan tujuan terbesarnya yaitu membuat almamater kita menang dan berjaya di gelanggang arenanya sendiri.

Jadilah anda seseorang yang tahu, dan mengetahui dirinya bahwa dia telah tahu lalu mengamalkan apa yang ia tahu dengan berbuat, bertindak dan bekerja, maka ANDA lah orang-orang yang telah mendapat petunjuk.

0 komentar: