Senin, 17 Februari 2014



Ust. H. Asep Sofyan, S.Pd.I

Sekolah merupakan lembaga/institusi pendidikan, oleh karena itu setiap sekolah pastinya ingin mengetahui sudah sampai dimana kadar kemampuan dan keberhasilan anak-anak didiknya dalam belajar, maka diadakanlah sebuah ujian sekolah, dengan indikator ujian ini diharapkan akan diketahui indeks nilai prestasi murid-muridnya. Rasanya tidak adil apabila kepala sekolah langsung memberikan nilai terbaik atau angka kelulusan 100 % tanpa terlebih dahulu mengadakan ujian awal atau ujian akhir bagi seluruh siswanya.

Begitupula dengan ujian dunia yang langsung diujikan oleh Allah SWT. Sebagai pemegang hak otoritas kekuasan tertinggi penguasa alam semesta (Robbul’alamien). Dunia diibaratkan sebagai lahan atau ladang untuk beraktivitas (beramal) bagi setiap insan manusia. Dan untuk mengetahui baik dan buruknya nilai amal seseorang (aktivitasnya), maka Allah SWT. Menjadikan lahan dunia ini sebagai Daarul bala’  (Tempatnya Ujian).

Lalu siapakah yang menjadi murid-muridnya yang akan berhasil lolos dalam ujian dunia dengan nilai yang terbaik (cum laude) dan kemudian Allah SWT. Mengangkat derajatnya sebagai indikasi kelulusannya  dalam ujian, jawabannya mereka adalah manusia-manusia cerdas yang memiliki keunggulan kualitas keimanan dan kesabaran yang tinggi sehingga mampu menghadapi segala ujian yang datang/problematika hidupnya dengan tabah, kokoh dan tegar.

Kalau Penguji sudah ada, murid yang diuji pun ada sekarang tinggal bentuk soal ujian yang akan Allah SWT ujikan untuk kita. Tentunya bentuk soal yang akan Allah SWT ujikan untuk kita akan sesuai dengan daya kemampuan kita dalam menerima dan mengatasinya, tentulah sang Maha Penguji tidak akan memberikan soal-soal pertanyaannya di luar jangkauan kemampuan akal dan hati kita, Karena Allah SWT amat sangat tahu akan kekuatan keimanan dan kesabaran setiap hamba-hambanya.

Hidup manusia dipenuhi dengan soal-soal pertanyaan ujian dunia semenjak ia lahir hingga ia akan meninggalkan lagi dunia kembali kepada keharibaan Allah SWT lalu apa saja yang menjadi kisi-kisi pertanyaan sebagai bahan materi yang akan dijadikan soal ujian dunia, jawabannya adalah seluruh dinamika hidup keseharian kita; baik susah dan senangnya, kaya dan miskinnya, bahagia dan sedihnya, lapang dan sempitnya, sehat dan sakitnya dan yang lain-lainnya masih banyak lagi soal-soal kehidupan didunia ini, akan tetapi sesungguhnya Allah SWT pun telah menyiapkan jawabannya yang tepat dengan 2 pilihan (multiple choise) yaitu (a) sabar dan (b) syukur,  jadi jangan pernah sekali-sekali menjawab persoalan problematika hidup kita dengan keluar dari rel jawaban yang sudah disiapkan Allah SWT. jadi kita cukup memilih yang lebih tepat salah satu diantara kedua  pilihan tersebut.

Kalau kita memberikan jawaban berbeda dan keluar dari apa yang sudah ada dan  ditentukan dalam multiple choisenya, maka tentu akan dianggap salah oleh sang penguji dan akhirnya diberikan nilai buruk (raport merah) yang membuat kita tidak lulus dalam ujian dunia, kalau tidak lulus berarti kegagalan yang kita raih didunia, terlebih-lebih ketika kita akan diwisuda nanti oleh Allah SWT. pada waktu pengadilan di alam hisab ketika akan menerima nilai-nilai raport masing-masing yang berisi amalan-amalan pribadinya ketika di dunia, jangan sampai nanti ada tangisan penyesalan yang berkepanjangan selama-lamanya, hanya karena kita tidak pernah mau belajar (bermujahadah) untuk mencontoh dari kelulusan dan keberhasilan para anbiya dan orang-orang soleh terdahulu yang telah berhasil dengan selamat dalam mengarungi samudra ujian Allah SWT. yang terbentang luas di depan mata memandang dan sepanjang umur hidup mereka.

Lalu siapakah yang dapat mengajarkan kepada kita untuk bisa menjawab segala bentuk soal dan pertanyaan ujian dari sang maha penguji. Jawabannya ada pada maha guru kita, diri baginda Rasululloh SAW. Kepribadian beliaulah yang telah menuntun agar kita umatnya mencontek dan meniru jawaban-jawaban ujian dari kehidupan Rasulullah. Karena jawabannya sudah teruji akan kebenarannya dihadapan sang maha penguji dengan nilai 100% dan sudah dijamin sebagai rasulumma’shum. Maka kalau kita manusia ingin dijadikan sebagai murid tauladannya, tentu kita harus belajar mencontek dan menjiplak hal ihwal kehidupan baginda Rasulullah SAW. Karena maha guru kita nabi Muhammad SAW.  sudah diakui oleh dunia baik muslim atau kaum non muslim sebagai “the number one in The best man on the worlds” baik dari kecerdasanya atau pun keberhasilannya dalam merubah wajah peradaban dunia pada masa jahiliyah.

Semoga kita menjadi murid-muridnya yang cerdik dan pandai meneladani maha gurunya sehingga kita bisa menjawab seluruh persoalan dinamika hidup kesehariaan kita dengan memberikan jawabannya yang paling tepat. Amin.

0 komentar: