Senin, 17 Februari 2014



Hampir 1/3 isi Al-Qur’an sarat dengan cerita dari kisah para Anbiya terdahulu, mulai dari nabiyullah Adam as. Sampai nabi kita Muhammad saw.  Tentunya semua kisah yang disampaikan Allah swt. melalui firman-Nya dalm alqur’an, bukanlah semuanya itu karena faktor ketidaksengajaan, faktor kebetulan saja atau juga faktor sia-sia tanpa arti, maksud dan tujuan. Semua cerita sejarah tersebut tidak akan lepas dari makna dan hikmah yang terkandung baik secara explisit -yang tersurat- maupun implisit -yang tersirat- dari isi Al-Qur’an. Maka disini penulis mencoba mengajak para pembaca budiman untuk dapat mengambil sedikit makna kandungan dari isi cerita yang ingin Allah swt. sampaikan kepada kita yang telah diestafetkan melalui lisan baginda besar nabi Muhammad saw.

Diawali dari cerita Bapak tauhid nabiyullah Ibrohim as sebagai ayah dan nabiyullah Ismail as. sebagai anak, juga siti Hajar sebagai ibu sekaligus juga istri nabi  Ibrahim as. Mereka semua telah mengajarkan kepada kita tentang tingginya tensi keimanan dan keyakinan sebuah keluarga kepada sang kholik penciptanya Allah SWT. Ini terbukti dengan kisahnya ketika keluarga tersebut mendapat ujian dari Allah SWT.yang sangat berat berupa perintah untuk menyembelih satu-satunya (qurrotul’ayun) putranya yang sudah menjadi harapan, idaman dan impian keluarga tersebut. Setelah sekian puluh tahun lamanya menanti dan menunggu akan kehadiran sang buah hatinya akan tetapi  kemudian Allah mengujinya kembali cinta mereka kepada-Nya dengan harus mengorbankan harta yang termahal dan yang paling disayangi dari sebuah  keluarga yaitu anak.

Dan “ajibnya” ternyata nabi Ibrahim as tidak gentar dan mundur dari ujian Allah tersebut bahkan menerima segala apa yang sudah menjadi titah dan perintah Allah SWT. Dengan penuh  ikhlas dan menjalankannya dengan sepenuh keyakinan walaupun harus mengorbankan kebahagian dan keharmonisan keluarganya pada saat itu.

Pertanyaannya, Mengapa nabiyulloh Ibrahim as. mampu berbuat seperti itu ? , jawabannya semua ini karena kebulatan tekad mereka dalam keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. secara total 100%.  yang bisa menjadikan semua tugas yang diembankan kepada mereka dapat dijalaninya secara ringan dan mudah, tanpa harus merasa takut akan kehilangan apa yang menjadi buah hati kesayangannya yang memang sudah menjadi amanah dan titipan sementara dari Allah SWT.

Kira-kira pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah perjuangan nabiyulloh ibrahim as dan keluarganya ;

  1. Keyakinan penuh kepada Allah SWT. Bagi seorang ayah sebagai kepala keluarga dalam rumahtangga, dan sifat bijak pula yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin keluarga (ayah) sebagaimana kebijakan nabi Ibrahim as. ketika menerima titah perintah dari allah SWT lalu menyampaikan langsung kepada anaknya dengan cara mengajak musyawarah untuk meminta dan mendengarkan pendapat dan jawaban langsung dari anaknya akan kebenaran perintah tersebut. Dengan kalimatnya
انى أرى فى المنام أنى أذبحك     فانظر ماذا ترى

(Lihat dan fikirkan apa kira pendapatmu wahai anakku)

  1. Kesabaran dan kesadaran yang tinggi dari seorang anak dalam mengikuti apa yang sudah menjadi perintah Allah SWT. Dan sifat taat terhadap perkataan ayahnya yang harus segera menjalankan tugasnya demi untuk mendapatkan predikat sebagai kholilulloh. Sebagaiman jawaban beliau

يأبت افعل ما تؤمر ستجدنى  ان شاء الله من الصابرين

(wahai ayahku lakukanlah apa yang sudah diperintahkan Allah kepada engkau)

  1. Ketabahan seorang ibu dalam mendukung dan mengikuti apa yang telah menjadi keputusan suaminya, dan juga keimanannya sebagai seorang istri nabi Ibrahim as. kepada janji-janji Allah SWT. Sebagaimana tertera dalam kutipan dialog antara siti hajar dengan suaminya  sbb ;

Siti Hajar         : Apakah Allah SWT yang memerintahkanmu melakukan semua ini
  wahai nabiyulloh Ibarahim as ?
Nabi Ibarhim   : Benar.
Siti Hajar         : Jika memang demikian, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan
  keluarga kita.

Inilah satu model keluarga agamis ideal, yang telah digambarkan oleh keluarga nabi ibrahim as. dalam melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dari Allah SWT.  Semua anggota keluarganya mengambil peran dan bagian dalam berjuang dan setiap individunya rela mengorbankan apa yang ia mampu dan miliki untuk merebut ridho dan cinta ilahi. Karena setiap pengakuan cintanya seorang hamba kepada Allah Swt. Pasti akan selalu diikuti dan dituntut dengan bentuk pengorbanannya baik materi atau immateri, sebagai salah satu pembuktian kebenaran dan keseriusannya, yang walaupun pada klimak akhir ceritanya keluarga nabi Ibrahim tetap mendapatkan kembali anak kesayangannya ismail as. dan tetap berkumpul seperti sediakala dalam satu keluarga yang utuh setelah berhasil melewati ujian-ujian dan cobaan-cobaan yang terberat dari Allah SWT. Sebagai mana firman Allah SWT. diakhir cerita :
ان هذا لهو البلاء المبين       وفدينه بذبح عظيم

(Inilah satu ujian yang betul-betul berat, dan kami tebus anak itu dengan binatang korban yang besar (ghibas).

0 komentar: