Rahmayani
Kelas 2 C TMI
Alhamdulillah
hanya menunggu dua hari lagi ujian semester satu pun usai, dan Ustadz/Ustadzah
ponpes Al-Mizan pun merencanakan untuk mengadakan study tour ke Bandung. Semua
santri sibuk membicarakan tentang kegiatan study tour itu.
“Dina..Dina,
memang benar ada study tour ke Bandung?” Tanya Rahma dengan muka yang tidak
sabar untuk mengetahuinya.
“Iya.
semua teman-teman juga membicarakan tentang itu, jika kamu ingin tahu lebih
jelas lihat saja di madding..ada koo…”
”Weiii
teman-teman!!akan ada study tour ke Bandung!!”
teriak Odhong.
“Memang
kapan pembukaan dan dimulainya?” tanya Syifa.
“Oh
katanya sih, pembukaannya dimulai besok dan acaranya dimulai nanti tanggal 07
Januari.” Odhong menimpali.
Keesokan harinya Ustadz dan Ustadzah
mengumumkan pendaftaran study tour dan pendaftaran dibuka, seluruh santri
berbondong-bondong mendaftakan diri untuk mengikuti study tour, dan mungkin
sudah terkumpul hampir 400 orang yang mendaaftarkan diri ke panitia, terutama
kelas 2 TMI, mereka sangat bersemangat sesemangat mereka menghadapi sarapan
pagi.
”Bagaimana
dengan santri-santri yang tidak mengikuti kegiatan itu?” Ratu pun bertanya
“Tenang
saja, kita tidak usah khawatir karena walaupun mereka tidak ikut mereka pasti
akan merasakan senang juga karena pondok akan mengajaknya ke Cikole” Jawab TB.
***
Wajah-wajah
tak sabar Aulia, Fitri, Ega, Fatma dan Widi,… sibuk mempersiapkan bekal untuk
kebutuhan slama di Bandung dan kamar firdaus pun ribut dengan, memmpersiapkan
tasnya masing-masing. Koperasi pelajar penuh sesak, mungkin mereka beli bekal
yang banyak.
Satu
persatu dari mereka menaiki bus yang sudah ditentukan oleh panitia. Semua
girang bukan kepalang, pak sopir mulai menyalakan mobil dan siap untuk
menghantarkan kami ke tempat tujuan. Bis melaju dengan sedang, dan cukup
menempuh waktu 6 – 7 jam untuk sampai ke
kota Bandung.
Satu
persatu mata tertutup, bus mulai sunyi senyap. Setelah sampai kami sontak
berteriak girang dan turun dengan wajah gembira di Tangkuban Parahu. Asap dari
kawah dan belerang beradu tiupan dan menutupi batu-batuan yang ada di sekitar
gunung itu, panaroma yang tidak ada di kampung kelahiran kami.
Setelah puas menikmati keindahan
Tangkuban Perahu kami melanjutkan perjalanan menuju tempat ke dua, Maribaya.
Hanya satu jam dari Tangkuban Parahu.
”Wow!
menakjubkan sekali, subhanallah!” ujar wajah polos Chika.
Kami
melihat air terjun yang deras dan indah.
Malam
ini wisma Politeknik Pos Indonesia dipenuhi ratusan santri, ya itulah kami yang
memang menginap. Rasanya nikmat merebahkan badan dan mata kami sudah lelah di
atas kasur. Tiap kamar berisi empat orang. mereka pun tidur lelap.
Pagi-pagi buta seluruh santri
dihimbau untuk lari pagi bersama mengelilingi halaman wisma, mereka
menggerak-gerakan badan dengan giat, setelah itu mereka mandi dan bersiap-siap
melanjutkan perjalanan menuju Museum Asia-Afrika, ruangan yang dulu dipakai
pertemuan pemimpin-pemimpin negara Asia-Afrika, Riska duduk dengan santai
sambil mendengarkan penjelesan sejarah pemerintah melakukan konferensi oleh
pengelola museum tersebut.
“oooow! Ada apa sih? Yayang berisik
banget! Tanya Rada sambil bertelo-telo
“aku
tadi melihat benda-benda yang digunakan saat zaman dahulu”.
“Maksudnya?”
Tanya Cicin, Rahma dan Bella serempak.
”Aku
melihat pengeras suara dan kamera kuno.” Jawabnya.
mereka
semua penasaran ingin melihatnya dan langsung mengikuti kemana Yayang pergi.
Ternyata bukan dua benda yang disebutkan Yayang
saja yang ada, tetapi masih banyak yang lainnya juga, seperti tulisan,
pakaian, dan kursi kuno.
Seusai berjelajah ke setiap penjuru
ruangan yang ada di museum KAA, kami melanjutkan perjalanan menuju Saung Mang
Udjo, ketika Fuji menurunkan kakinya dari bus hawa dingin dan sejuk menyentuh
permukaan kulitnya. Di pintu masuk kami diberi kalung angklung dan minuman
sebagai tanda masuk.
Setelah melaksanakan shalat dzuhur, saatnya
menyaksikan penampilan anak-anak Saung Mang Udjo. Diawali dengan pertunjukan
wayang golek, semua mata tertuju ke arah wayang yang sedang dimainkan oleh sang
dalang, walaupun terlihat agak menyeramkan melalui tangan lincah sang dalang
kami dibuat tertawa oleh polah lucu para golek. Disusul dengan tari topeng yang
dimainkan anak-anak usia SD kelas 3 dan 4.
“Aduh
bisa gak ya aku seperti mereka.” Ujar Bella dengan konyol dan antusias akan
tarian itu.
Semua
tertawa mendengar pertanyaan konyol Bella. Setelah itu kami bermain angklung
bersama dipandu oleh Kak Femi, semua bergembira ria menikmati alunan angklung.
Kali ini tujuan kami adalah
Cihampelas, untuk apa lagi kalau bukan untuk berbelanja, salah satu pusat
perbelanjaan yang Bandung. Kami membeli pernak-pernik, jajanan khas Bandung,
kaos, beli ini, beli itu dan lain-lain. Tak ketinggalan hampir semua peserta
tour membeli peunyeum Bandung, karena makanan tersebut sangat khas dan hanya
terdapat di daerah Jawa Barat. Sebelum melanjutkan perjalanan pulang kami
singgah dulu di salah satu restaurant padang di sana untuk makan malam lalu go
to our beloved campus.
Tak terasa, sekitar pukul dua belas
malam ternyata kami telah sampai di pondok, sayangnya kami harus berjalan kaki
sejauh satu kilometer untuk sampai di
asrama. Karena untuk menaiki jasa ojek itu tidak mungkin dan tentunya tidak
diperbolehkan.
Ngantuk, mata merah karena bangun
tidur, capek, pegel-pegel dan kondisi jalan yang gelap tak menghalangi kami
untuk terus berjalan menuju pondok tercinta. Kami semua senang telah berkunjung
ke tempat wisata yang dapat menambah rasa cinta dan bangga kepada tanah air,
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar