Ust. H. Asep Sofyan, S.Pd.I
Ungkapan ini senantiasa selalu kita dengar
pada pidato pembukaan khutbatul ‘arsy yang langsung disampaikan oleh Bapak
Pimpinan Pondok di hadapan seluruh santri. Tujuannya agar para santri tidak
merasa seperti tamu yang merasa asing karena belum mengenal tentang kampung
halamannya sendiri. Bagaimana agar para santri tidak perlu merasa asing di dalam
pondoknya sendiri? Maka tentunya ia haruslah lebih banyak tahu dan harus lebih
dalam mengenal akan eksistensi almamaternya sendiri yang telah mengasuh,
mengayomi dan membesarkannya seperti ‘ibu kandungnya’ sendiri, sehingga mereka
menjadi orang-orang yang dipandang dan dihargai di tengah masyarakatnya.
Jika santri sudah tahu dan kenal lebih jauh
tentang almamaternya maka akan tumbuh dan berkembang dalam jiwanya rasa sayang
dan cinta almamater yang dapat melahirkan bentuk karakter rela berjuang dan
berkorban demi kemajuan almamaternya. Kalau setiap santri memiliki jiwa cinta
almamater niscaya ia akan mempunyai kemauan untuk memajukannya ke arah yang lebih
baik. Sehingga segala sesuatu permasalahan sesulit apapun yang ada di pondok
akan selalu diusung secara bersamaan tanpa mengedepankan ‘ego’ pribadinya
masing-masing demi satu tujuan yaitu memajukan nama almamaternya sendiri .
“Berat sama dipikul ringan sama dijinjing,
berdiri sama tinggi duduk sama rendah”, sinergi kebersamaan inilah yang harus
dibangun pada setiap santri dan harus dipatrikan ke dalam jiwa sanubari mereka
agar mereka-mereka ketika masih di dalam ataupun setelah keluar nanti (alumni)
memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap alamamaternya dan kemauan yang kuat
untuk membantu bagi kemajuan almamaternya sendiri, terlebih-lebih mereka yang memang diabdikan
di dalam almamaternya sendiri tentu mereka akan berjuang semaksimal mungkin
dengan mengeluarkan potensi dan kemampuan yang ada untuk bekerja keras demi
kemajuan almamaternya.
Adapun nilai kemampuan seseorang akan tercipta apabila ada tiga hal,
diantaranya ;
- Quwwatulmaaddiyyah atau modal materi baik berupa harta ataupun fisik yang prima
- Quwwatulma’nawiyyah atau modal ilmu baik berupa pengetahuan maupun pengalaman-pengalaman yang berguna dan bermanfaat.
- Quwwaturruhiyyah atau modal mental/jiwa baik berupa kekuatan mental dan keberanian jiwa untuk berbuat atau bekerja, ketabahannya maupun ketenangan jiwanya ketika berada di almamater sendiri. Modal ruhiyyah ini yang harus lebih dimiliki oleh para santri, karena inilah yang bisa menciptakan dan melahirkan ‘kemauan’ untuk berbuat dan bekerja pada almamaternya sendiri, sehingga ia tidak disebut sebagai orang asing atau tamu dikampungnya sendiri.
Kalau ketiga modal itu belum ada dan belum kita
miliki maka jangan pernah putus semangat untuk ‘MAU’ bekerja sekecil apapun
dalam bidang jabatan dan bagiannya masing-masing karena tidak ada yang dianggap
kecil dan sia-sia dipandangan Allah SWT.
Jangan hanya karena faktor kemampuan yang
belum ada kemudian kita hilangkan ‘kemauan’ kita untuk bekerja ataupun merasa
sungkan dan takut salah ketika hendak berbuat dan bertindak, jadi lebih baik salah setelah kita berbuat lalu kita
dapat memperbaiki kesalahannya, daripada salah karena kita tidak pernah ‘MAU’ berbuat.karena
‘kemauan’ lah justru yang akan mengasah diri kita untuk dapat melahirkan
kemampuan walaupun kadang kala ada kesalahan
dan kekurangan-kekurangan di dalam ketika kita bekerja.
Lalu bagaimana kita memunculkan ‘kemauan’
untuk bekerja? Tentunya dengan cara mengatasi was-was fikiran dalam otak kita
yang senantiasa mendudukan kita untuk selalu ingin santai dan diam dalam kejumudan-kejumudan,
tanpa ‘mau’ berbuat apa-apa untuk umat. Karena sebaik-baiknya kita adalah
orang-orang yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Terakhir janganlah kita bangga hanya sekadar
menjadi penonton yang hanya duduk, bisa tertawa menikmati permainan lalu kemudian
bersorak riuh dan bertepuk tangan menyaksikan pemain berhasil berlaga di lapangan hijau, apalagi mereka
bermain di stadion kita sendiri, tentunya akan lebih bermakna apabila kita yang
turun kelapangan untuk sama-sama bermain sportif dan masing-masing mengambil
posisi dan bagiannya agar dapat ikut andil berperan dalam meng’gol’kan
keberhasilan permainan di lapangan ini tiada lain dan tiada bukan untuk maksud
dan tujuan terbesarnya yaitu membuat almamater kita menang dan berjaya di
gelanggang arenanya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar