Hampir 1/3 isi Al-Qur’an sarat dengan cerita dari kisah para Anbiya
terdahulu, mulai dari nabiyullah Adam as. Sampai nabi kita Muhammad saw. Tentunya semua kisah yang disampaikan Allah swt.
melalui firman-Nya dalm alqur’an, bukanlah semuanya itu karena faktor
ketidaksengajaan, faktor kebetulan saja atau juga faktor sia-sia tanpa arti, maksud
dan tujuan. Semua cerita sejarah tersebut tidak akan lepas dari makna dan
hikmah yang terkandung baik secara explisit -yang tersurat- maupun implisit -yang
tersirat- dari isi Al-Qur’an. Maka disini penulis mencoba mengajak para
pembaca budiman untuk dapat mengambil sedikit makna kandungan dari isi cerita
yang ingin Allah swt. sampaikan kepada kita yang telah diestafetkan melalui
lisan baginda besar nabi Muhammad saw.
Diawali dari cerita Bapak tauhid nabiyullah Ibrohim as sebagai ayah dan nabiyullah
Ismail as. sebagai anak, juga siti Hajar sebagai ibu sekaligus juga istri
nabi Ibrahim as. Mereka semua telah
mengajarkan kepada kita tentang tingginya tensi keimanan dan keyakinan sebuah
keluarga kepada sang kholik penciptanya Allah SWT. Ini terbukti dengan kisahnya
ketika keluarga tersebut mendapat ujian dari Allah SWT.yang sangat berat berupa
perintah untuk menyembelih satu-satunya (qurrotul’ayun) putranya yang sudah
menjadi harapan, idaman dan impian keluarga tersebut. Setelah sekian puluh
tahun lamanya menanti dan menunggu akan kehadiran sang buah hatinya akan
tetapi kemudian Allah mengujinya kembali
cinta mereka kepada-Nya dengan harus mengorbankan harta yang termahal dan yang
paling disayangi dari sebuah keluarga
yaitu anak.
Dan “ajibnya” ternyata nabi Ibrahim as tidak gentar dan mundur dari ujian
Allah tersebut bahkan menerima segala apa yang sudah menjadi titah dan perintah
Allah SWT. Dengan penuh ikhlas dan
menjalankannya dengan sepenuh keyakinan walaupun harus mengorbankan kebahagian
dan keharmonisan keluarganya pada saat itu.
Pertanyaannya, Mengapa nabiyulloh Ibrahim as. mampu berbuat seperti itu ?
, jawabannya semua ini karena kebulatan tekad mereka dalam keimanan dan
keyakinan kepada Allah SWT. secara total 100%. yang bisa menjadikan semua tugas yang
diembankan kepada mereka dapat dijalaninya secara ringan dan mudah, tanpa harus
merasa takut akan kehilangan apa yang menjadi buah hati kesayangannya yang
memang sudah menjadi amanah dan titipan sementara dari Allah SWT.
Kira-kira pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah perjuangan
nabiyulloh ibrahim as dan keluarganya ;
- Keyakinan penuh kepada Allah SWT. Bagi seorang ayah sebagai kepala keluarga dalam rumahtangga, dan sifat bijak pula yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin keluarga (ayah) sebagaimana kebijakan nabi Ibrahim as. ketika menerima titah perintah dari allah SWT lalu menyampaikan langsung kepada anaknya dengan cara mengajak musyawarah untuk meminta dan mendengarkan pendapat dan jawaban langsung dari anaknya akan kebenaran perintah tersebut. Dengan kalimatnya
انى أرى فى المنام أنى أذبحك فانظر ماذا ترى
(Lihat dan fikirkan apa kira pendapatmu wahai
anakku)
- Kesabaran dan kesadaran yang tinggi dari seorang anak dalam mengikuti apa yang sudah menjadi perintah Allah SWT. Dan sifat taat terhadap perkataan ayahnya yang harus segera menjalankan tugasnya demi untuk mendapatkan predikat sebagai kholilulloh. Sebagaiman jawaban beliau
يأبت افعل ما تؤمر
ستجدنى ان شاء الله من الصابرين
(wahai ayahku lakukanlah apa yang sudah
diperintahkan Allah kepada engkau)
- Ketabahan seorang ibu dalam mendukung dan mengikuti apa yang telah menjadi keputusan suaminya, dan juga keimanannya sebagai seorang istri nabi Ibrahim as. kepada janji-janji Allah SWT. Sebagaimana tertera dalam kutipan dialog antara siti hajar dengan suaminya sbb ;
Siti Hajar :
Apakah Allah SWT yang memerintahkanmu melakukan semua ini
wahai nabiyulloh Ibarahim as ?
Nabi Ibarhim :
Benar.
Siti Hajar :
Jika memang demikian, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan
keluarga kita.
Inilah satu model keluarga agamis ideal, yang telah digambarkan oleh
keluarga nabi ibrahim as. dalam melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dari
Allah SWT. Semua anggota keluarganya
mengambil peran dan bagian dalam berjuang dan setiap individunya rela
mengorbankan apa yang ia mampu dan miliki untuk merebut ridho dan cinta ilahi.
Karena setiap pengakuan cintanya seorang hamba kepada Allah Swt. Pasti akan
selalu diikuti dan dituntut dengan bentuk pengorbanannya baik materi atau
immateri, sebagai salah satu pembuktian kebenaran dan keseriusannya, yang
walaupun pada klimak akhir ceritanya keluarga nabi Ibrahim tetap mendapatkan
kembali anak kesayangannya ismail as. dan tetap berkumpul seperti sediakala
dalam satu keluarga yang utuh setelah berhasil melewati ujian-ujian dan cobaan-cobaan
yang terberat dari Allah SWT. Sebagai mana firman Allah SWT. diakhir cerita :
ان هذا لهو البلاء
المبين وفدينه بذبح عظيم
(Inilah satu ujian yang betul-betul berat, dan kami tebus anak itu dengan
binatang korban yang besar (ghibas).
0 komentar:
Posting Komentar