Ust. H. Asep Sofyan, S.Pd.I
Sekolah merupakan lembaga/institusi pendidikan, oleh karena itu setiap sekolah
pastinya ingin mengetahui sudah sampai dimana kadar kemampuan dan keberhasilan anak-anak
didiknya dalam belajar, maka diadakanlah sebuah ujian sekolah, dengan indikator
ujian ini diharapkan akan diketahui indeks nilai prestasi murid-muridnya.
Rasanya tidak adil apabila kepala sekolah langsung memberikan nilai terbaik
atau angka kelulusan 100 % tanpa terlebih dahulu mengadakan ujian awal atau
ujian akhir bagi seluruh siswanya.
Begitupula dengan ujian dunia yang langsung diujikan oleh Allah SWT.
Sebagai pemegang hak otoritas kekuasan tertinggi penguasa alam semesta (Robbul’alamien). Dunia diibaratkan
sebagai lahan atau ladang untuk beraktivitas (beramal) bagi setiap insan
manusia. Dan untuk mengetahui baik dan buruknya nilai amal seseorang (aktivitasnya),
maka Allah SWT. Menjadikan lahan dunia ini sebagai Daarul bala’ (Tempatnya Ujian).
Lalu siapakah yang menjadi murid-muridnya yang akan berhasil lolos dalam
ujian dunia dengan nilai yang terbaik (cum
laude) dan kemudian Allah SWT. Mengangkat derajatnya sebagai indikasi
kelulusannya dalam ujian, jawabannya
mereka adalah manusia-manusia cerdas yang memiliki keunggulan kualitas keimanan
dan kesabaran yang tinggi sehingga mampu menghadapi segala ujian yang
datang/problematika hidupnya dengan tabah, kokoh dan tegar.
Kalau Penguji sudah ada, murid yang diuji pun ada sekarang tinggal bentuk
soal ujian yang akan Allah SWT ujikan untuk kita. Tentunya bentuk soal yang
akan Allah SWT ujikan untuk kita akan sesuai dengan daya kemampuan kita dalam
menerima dan mengatasinya, tentulah sang Maha Penguji tidak akan memberikan
soal-soal pertanyaannya di luar jangkauan kemampuan akal dan hati kita, Karena
Allah SWT amat sangat tahu akan kekuatan keimanan dan kesabaran setiap hamba-hambanya.
Hidup manusia dipenuhi dengan soal-soal pertanyaan ujian dunia semenjak
ia lahir hingga ia akan meninggalkan lagi dunia kembali kepada keharibaan Allah
SWT lalu apa saja yang menjadi kisi-kisi pertanyaan sebagai bahan materi yang akan
dijadikan soal ujian dunia, jawabannya adalah seluruh dinamika hidup keseharian
kita; baik susah dan senangnya, kaya dan miskinnya, bahagia dan sedihnya,
lapang dan sempitnya, sehat dan sakitnya dan yang lain-lainnya masih banyak
lagi soal-soal kehidupan didunia ini, akan tetapi sesungguhnya Allah SWT pun
telah menyiapkan jawabannya yang tepat dengan 2 pilihan (multiple choise) yaitu
(a) sabar dan (b) syukur, jadi jangan
pernah sekali-sekali menjawab persoalan problematika hidup kita dengan keluar
dari rel jawaban yang sudah disiapkan Allah SWT. jadi kita cukup memilih yang lebih
tepat salah satu diantara kedua pilihan
tersebut.
Kalau kita memberikan jawaban berbeda dan keluar dari apa yang sudah ada
dan ditentukan dalam multiple choisenya,
maka tentu akan dianggap salah oleh sang penguji dan akhirnya diberikan nilai
buruk (raport merah) yang membuat
kita tidak lulus dalam ujian dunia, kalau tidak lulus berarti kegagalan yang
kita raih didunia, terlebih-lebih ketika kita akan diwisuda nanti oleh Allah SWT.
pada waktu pengadilan di alam hisab ketika akan menerima nilai-nilai raport masing-masing
yang berisi amalan-amalan pribadinya ketika di dunia, jangan sampai nanti ada
tangisan penyesalan yang berkepanjangan selama-lamanya, hanya karena kita tidak
pernah mau belajar (bermujahadah)
untuk mencontoh dari kelulusan dan keberhasilan para anbiya dan orang-orang
soleh terdahulu yang telah berhasil dengan selamat dalam mengarungi samudra
ujian Allah SWT. yang terbentang luas di depan mata memandang dan sepanjang umur
hidup mereka.
Lalu siapakah yang dapat mengajarkan kepada kita untuk bisa menjawab
segala bentuk soal dan pertanyaan ujian dari sang maha penguji. Jawabannya ada
pada maha guru kita, diri baginda Rasululloh SAW. Kepribadian beliaulah yang
telah menuntun agar kita umatnya mencontek dan meniru jawaban-jawaban ujian
dari kehidupan Rasulullah. Karena jawabannya sudah teruji akan kebenarannya dihadapan
sang maha penguji dengan nilai 100% dan sudah dijamin sebagai rasulumma’shum.
Maka kalau kita manusia ingin dijadikan sebagai murid tauladannya, tentu kita
harus belajar mencontek dan menjiplak hal ihwal kehidupan baginda Rasulullah
SAW. Karena maha guru kita nabi Muhammad SAW. sudah diakui oleh dunia baik muslim atau kaum
non muslim sebagai “the number one in The best man on the worlds” baik dari
kecerdasanya atau pun keberhasilannya dalam merubah wajah peradaban dunia pada
masa jahiliyah.
0 komentar:
Posting Komentar