Kita
tahu dunia ini titipan (amanah), tak berkekalan, darul bala (tempat ujian), semua
orang tahu akan hekekat kebenaran semua itu, semua orang juga tahu bahwa dunia
ini akan disudahi dengan hari kiamat, semua yang bernyawa pasti akan meregang
nyawa, semuanya pasti bermuara pada surga atau neraka, semua tahu dan pernah
mendengar tentang neraka, tentang medan penuh api dan panas serta ribuan siksa
dan azab, itu adalah mahsyar pembalasan dan tempat kembali yang abadi bagi yang
ingkar dan membangkang.
Kita
juga tahu tentang dosa, tentang sesuatu yang tidak Allah ridha dan suka, karena
kita punya akal untuk berfikir, kita tahu akal ini pemberian siapa, kita tahu
hidup kita ini dari siapa dan untuk siapa? tapi tetap saja kita masih
seringkali lupa nikmat dan ingkar terhadap banyak perintah Allah.
Cukuplah
kematian itu sebagai penasehat, penasehat terbaik untuk diri kita yang sering
lalai, khilaf, salah dan membangkang, penasehat agar untuk lebih sadar akan jadwal
giliran yang sudah pasti tiba, penasihat bagi setiap yang bernafas pasti akan
berhenti nafasnya itu suatu hari nanti, penasihat bagi setiap yang berkedip dan
bergerak yang suatu saat akan diam terhenti mendadak.
Juga penasehat untuk lebih tahu yang
berkuasa itu hanyalah Allah Sang Maha Kuasa, penasehat untuk mengenal
penghancur kenikmatan dunia, penasehat untuk mengerti pemisah diri dengan paksa
dari segala harta benda, penasehat untuk sadar akan arti amanat dari anak istri
dan keluarga, penasehat untuk tahu bahwa
harta dan semua jabatan adalah titipan, dan “cukuplah kematian sebagai
penasehat”
Ketika
mata, telinga dan hati tidak lagi berfungsi, ketika kulit dan lidah tidak lagi merasa,
ketika jasad dan semua anggota tubuh sudah terbujur kaku, ketika bumi sudah
tidak sudi lagi kita injaki, ketika permukaan bumi sudah tidak kita tinggali, ketika
liang lahat bumi kita tiduri, ketika bumi telah menelan, menghimpit dan
menjepit, detik itu kesadaran datang, ingat siapa Allah, Allahu Robbi, Allahu
Ma’bud, mengaku-ngaku dan memohon, Ya Allah, Kembalikanlah aku ke dunia lagi, ijinkanlah
aku untuk sujud dan bertasbih walau sekali, Aku berjanji pasti akan shalat dan
mengaji, aku akan infak dan memberi, aku akan berbuat kasih sayang kepada semua
hamba, dan aku akan memperbanyak amal sholeh.
Semua
penyelesalan datang di belakang, menyesal dan sadar yang sesungguhnya, tapi
sayang penyesalan dan kesadarannya sudah berakhir dan tidak berguna lagi dan
“cukuplah kematian sebagai penasehat”.
0 komentar:
Posting Komentar