Di zaman ini, akhlak baik kepada orang tua seakan semakin sirna dan langka. Apalagi sudah disibukkan dengan kesibukan yang sebenarnya tidaklah sangat urgent, namun ketika ortu memanggil, jawaban sang anak, “Aduh Mama, ini lagi asyik nih. Trus saja Oci (panggilan akrabnya) diganggu.” Gitulah anak muda kadang dengan jawaban yang kasar, bahkan sambil marah-marah. karena terpengaruh TV, lingkungan dan lainnya.
Tak tahukah kita bahwa bermuamalah baik dengan ortu adalah jalan menuju surga?
Coba kita lihat hadits berikut ini yang disebutkan oleh Imam Al Bukhari rahimahullah dalam kitab Al Adabul Mufrod.
Dari Thaisalah bin Mayyas , ia berkata,
كُنْتُ مَعَ النَّجَدَاتِ ،
فَأَصَبْتُ ذَنُوْبًا لاَ أَرَاهَا إِلاَّ مِنَ الْكَبَائِرِ، فَذَكَرْتُ ذَالِكَ
ِلابْنِ عُمَرَ. قاَلَ: مَا هِىَ؟ قلُتْ:ُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: لَيْسَتْ هَذِهِ
مِنَ الْكَبَائِرِ، هُنَّ تِسْعٌ: اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَقَتْلُ نِسْمَةٍ،
وَالْفِرَارُ مِنَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَةِ، وَأَكْلُ الرِّبَا،
وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ، وَإِلْحَادُ فِي الْمَسْجِدِ، وَالَّذِيْ
يَسْتَسْخِرُ ، وَبُكَاءُ الْوَالِدَيْنِ مِنَ الْعُقُوْقِ، قاَلَ: لِي ابْنُ
عُمَرَ: أَتَفَرَّقُ
النَّارَ ، وَتُحِبُّ أَنْ تَدْخُلَ الْجَنَّةَ؟ قُلْتُ: إِيْ، وَاللهِ! قَالَ:
أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قُلْتُ: عِنْدِيْ أُمِّىْ. قَالَ: فَوَاللهِ! لَوْ أَلَنْتَ لَهَا الْكَلاَمَ،
وَأَطْعَمْتَهَا الطَّعَامَ، لَتَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مَا اجْتَنَبْتَ
الْكَبَائِرَ.
“Ketika tinggal bersama An Najdaat, saya melakukan perbuatan dosa yang
saya anggap termasuk dosa besar. Kemudian saya ceritakan hal itu kepada
‘Abdullah bin ‘Umar. Beliau lalu bertanya, ”Perbuatan apa yang telah engkau
lakukan?” ”Saya pun menceritakan perbuatan itu.” Beliau menjawab, “Hal itu
tidaklah termasuk dosa besar. Dosa besar itu ada sembilan, yaitu mempersekutukan
Allah, membunuh orang, lari dari pertempuran, memfitnah seorang wanita mukminah
(dengan tuduhan berzina), memakan riba’, memakan harta anak yatim, berbuat
maksiat di dalam masjid, menghina, dan [menyebabkan] tangisnya kedua orang tua
karena durhaka [kepada keduanya].” Ibnu Umar lalu bertanya, “Apakah engkau
takut masuk neraka dan ingin masuk surga?” ”Ya, saya ingin”, jawabku. Beliau
bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” “Saya masih memiliki seorang
ibu”, jawabku. Beliau berkata, “Demi Allah, sekiranya engkau
berlemah lembut dalam bertutur kepadanya dan memasakkan makanan baginya,
sungguh engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.”
(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 8, shahih. Lihat Ash Shahihah 2898)Lihatlah para santriwan dan santriwati … bagaimana dengan sikap lemah lembut pada orang tua yang mengandung dan membesarkan kita bisa memasukkan dalam surga! Subhanallah … Ternyata begitu ringan amalan tersebut bagi siapa yang Allah mudahkan.
Disebutkan oleh Imam Al Bukhari pula dalam kitab yang sama, dari Urwah, ia berkata mengucapkan firman Allah,
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.”
(QS. Al Isro’: 24)
قاَلَ: “لاَ تَمْتَنِعْ مِنْ شَيْءٍ أحَبَّاهُ
Lalu ia berkata, “Janganlah engkau menolak sesuatu yang diinginkan oleh
keduanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 9, shahih secara sanad)Cobalah renungkan kedua hadits di atas. Berlemah lembut pada ortu sungguh luar biasa. Amalan sederhana. Namun memang butuh dilatih. Apalagi kita mesti menghadapi orang tua yang mudah emosi, sedikit-sedikit marah. Memang butuh kesabaran. Kalau kita mengingat balasan lemah lembut, sungguh itu akan membuat kita berakhlak baik pada mereka. Cobalah membalas keburukan dengan kebaikan. S’Moga saja kita dimudahkan oleh untuk bisa melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
Semoga kita kembali teringat dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ
أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ
عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya,
“Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang
mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya
ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim
no. 2551)Jadikanlah bakti pada orang tua, berlemah lembut pada mereka sebagai jalan menuju surga yang penuh kenikmatan yang tiada tara.
Dari Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ
فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung
pada murka orang tua.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih
jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)Semoga kita mengingat perkataan amat bagus dari Ka’ab Al Ahbar. Beliau pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang tua, beliau mengatakan,
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan
dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah
melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.” (Birrul Walidain,
hal. 8, Ibnul Jauziy)Semoga Allah beri taufik dan kemudahan bagi kita sekalian untuk berlemah lembut dan berakhlak pada orang tua kita yang amat kita kasihi. Wallahu waliyyut taufiq.
- Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shoolihaat -
0 komentar:
Posting Komentar