Rutinitas harian dimulainya tergantung pada
pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, dan
bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia.
“Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad
: 7)
Jika Anda telah berani meninggalkan shalat Subuh,
hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai
Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah
dan terus berdiam diri.
Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber
dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang
terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya
dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid.
“Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka
ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)
“Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali
dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya” Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh
amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat,
sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh berjama’ah tepat pada waktunya?
“Sesungguhnya shalat yang paling
berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka
mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi
keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]
Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling
sedikit jumlah rakaatnya; hanya dua rakaat saja. Namun,
ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian
terhadap kejujuran dan kegigihan keimanannya, karena waktunya sangat sempit
(sampai matahari terbit) dan rasa kantuk yang datang menyelimuti dan
mengelayuti mata kita
Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat
Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan
meninggalkan shalat wajib, rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan
shalat Subuh adalah tidur.
“Setan melilit leher seorang di antara kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap
lilitan setan membisikkan, ‘Nikmatilah malam yang panjang ini’. Apabila ia
bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu,
lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia shalat, lepaslah lilitan yang
ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa
lamban dan malas”.
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan
cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan
Ibnu Majah]
Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada
hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga shalat Subuh berjamaah (bagi
kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan
tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama
mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.
“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama
dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali
lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”.
“Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka – padahal Dia lebih
mengetahui keadaan mereka – ‘Bagaimana hamba-hambaKu ketika kalian tinggalkan
?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami
jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari]
“Barang
siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat
Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan
Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh,
Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka”
[HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]
TIPS MENJAGA
SHALAT SUBUH :
1. Ikhlaskan niat karena Allah, 2. Fokus dalam mengintrospeksi shalat shubuh kita setiap hari
3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali
4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh
5. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa)
6. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah begadang pada malam hari
7. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding
8. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon;minta tolong bangunkan teman)
9. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari diri sendiri dan keluarga.
Orang yang Tidak Shalat Shubuh Berjamaah Bukanlah Penuntut Ilmu
Syaikh Abdurrozaq pernah mengunjungi suatu kampung yang terkenal memiliki banyak penuntut ilmu. Maka beliau pun shalat di masjid tersebut. Di sana, beliau bertemu seorang kakek, lantas beliau berkata seraya memberi kabar gembira kepada sang Kakek, “Masya Allah, kampung Kakek banyak sekali penuntut ilmu.”
Tapi, sang Kakek malah menimpali dengan perkataan sinis, “Tidak ada tullabul ‘ilm (para penuntut ilmu) di kampung ini. Sebab, orang yang tidak shalat shubuh berjamaah bukan penuntut ilmu!”
Syaikh Abdurrozaq tertegun mendengar kalimat sang Kakek. Rupanya benar, banyak penuntut ilmu di kampung tersebut tidak menghadiri shalat shubuh berjamaah. Syaikh pun membenarkan perkataan sang Kakek, “Anda benar, bahwa ilmu itu untuk diamalkan. Bahkan bisa jadi kita mendapatkan seorang penuntut ilmu semalam suntuk membahas tentang hadits-hadits Nabi yang menunjukkan keutamaan shalat Shubuh secara berjamaah, bahkan bisa jadi dia menghafalkan hadits-hadits tersebut di luar kepalanya. Akan tetapi tatkala tiba waktu mengamalkan hadits-hadits yang dihafalkannya itu, dia tidak mengamalkannya, malah ketiduran, tidak shalat shubuh berjamaah.”
Memang benar bahwasanya tujuan dari menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Rasulullah saw. bersabda:
القُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu. (HR Muslim no 223)
Saya teringat nasihat Syaikh Utsaimin, bahwasanya ilmu itu hanya akan memberi dua pilihan, dan tidak ada pilihan ketiga, yaitu: [1] menjadi pembela bagi pemiliknya atau [2] akan menyerangnya pada hari kiamat jika tidak diamalkan.
Oleh karena itu, hendaknya seseorang tidak menuntut ilmu hanya untuk menambah wawasannya, tetapi dengan niat untuk diamalkan agar tidak menjadi bumerang yang akan menyerangnya pada hari kiamat kelak.
0 komentar:
Posting Komentar