SANTRI Al-Mizan harus
menjadi jailulquran (generasiqurani’) dengan cara memperkuat interaksinya
langsung dengan ayat-ayat Allah dalam dinamika kehidupan keseharian santri.
Sebagaimana dinamika kehidupan Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya yang berjalan
beriringan dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga, bukan saja kehidupan
itu berjalan di bawah bimbingan dan taujih Rabbani, tetapi juga ditandai dengan
interaksinya langsung dengan Al-Qur’an sebagai minhajul hayatil yaumiyyah.
Inilah yang menjadi alasan sehingga generasi pertama para sahabat mendapat
julukan sebagai Jiil-Qur’ani.
Dalam konteks faktual,
interaksi dengan Al-Qur’an bukan sebatas aspek tilawah, hafalan dan pemahaman.
Tetapi lebih penting pada sisi penghayatan dan pengamalannya yang terus mengacu
kepada bimbingan Al-Qur’an. Sepatutnyalah, setiap santri sebagai generasi
penerus umat, mampu menjelaskan seluruh aktifitas hariannya sesuai dengan acuan
dan kaidah Al-Qur’an dan berusaha menemukan jawaban atas persoalan-persoalan
hariannya juga dengan menggali dan memperdalam Al-Qur’an.
Al-Mizan dengan
pesantren tahfidznya berusaha untuk ikut andil dalam mencetak para penghapal-penghapal al-qur’an bagi
generasi muda atau kalangan santri yang mereka nantinya akan menjadi cikal
bakal pemimpin Indonesia dimasa yang akan datang.
Para santri tahfidz
Al-Mizan jangan merasa hina dan berkecil hati hanya karena ketika di pondoknya,
kalian tidak dilibatkan terlalu banyak dalam event atau kegiatan
kepanitian dan ekscul yang lainnya.akan tetapi manfaatkanlah waktu yang telah
diberikan dan disediakan dari pondok mulai dari jam 05.30 – 8.00 betul-betul
untuk mewujudkan cita-cita kamu dan sekaligus harapan para orang tuamu untuk
menjadi insan yang multi guna bagi agama, bangsa dan Negara.
Maka bapak pimpinan
pondok memiliki harapan besar bagi para santri tahfidnya untuk mereka yang
sekolah di pondok 3 tahun agar dapat mencapai hasil minimal hapalannya sebanyak
9 juz dengan asumsi persemester santri tahfiz harus bisa menghapal sebanyak 1
juz setengah ini tentunya bukan saja menjadi tugas anak sebagai subjek
penghapal alqur’an akan tetapi juga PR bagi para murobbi (alhuffadz) untuk
mencari langkah dan strategi agar anak-anak didiknya betul-betul bisa
merealisasikan apa yang menjadi harapan besar pondoknya mencetak insan hafidz
dan hafidzoh.
Solusinya yang
pertama adalah bagi mereka para santri yang ingin memiliki kedekatan dengan
al-quran adalah mereka dengan cara sering membaca Al-Qur’an terjemahan. Dengan
melalui terjemahan ini, diharapkan para santri akan senantiasa dapat mentadabburi
ayat-ayat Allah untuk memahami dan menjelaskan kehidupannya. Mudah-mudahan
saja, para santri-santri kita yang kecil niatnya dalam menghapal alqur’an dan
belum juga termotivasi untuk membaca al-qur’an akan semakin terus dekat dalam
mencintai al-qur’an,dan walaupun tidak semua dari mereka memiliki qur’an
tarjamah mudah-mudahan mereka semua sudah paham sepenuhnya akan maksud dan isi
al-quran karena sudah memiliki basik dasar dalam penguasaan bahasa Arabnya.
Solusi yang kedua
ialah dalam rangka meningkatkan kualitas kedekatan para santri dengan al-qur’an,
ialah dengan selalu dilakukan upaya-upaya motivasi yang dapat mendorong
semangat santri untuk selalu tidak lepas dengan bacaan dan hapalan ayat-ayat
al-qur’annya yang dilakukan oleh para murobbinya setiap harinya ketika ia duduk
membimbing mereka dengan menanamkan ‘doktrin-doktrin’ cinta alqur’an tanpa
bosan-bosan, sebelum ia memulai halaqoh hapalan, dengan menyebutkan bahwa para
hufadz wakil-wakil allah adalah pemegang kepercayaan allah di muka bumi.
Sehingga mereka akan menjadi para hufadz yang betul-betul paham dengan maksud
dan tujuan ia mengahapal al-qur’an, dan juga mampu merefleksikan isi al-quran
itu dalam hidup kesehariannya di pondok. Amieen ya robbal’alamien.
0 komentar:
Posting Komentar