Memang tidak mudah bagi kita untuk mendapatkan
shalat khusu’, tanpa dilatih dan dibiasakan oleh kita dalam setiap praktek keseharian.
Inilah yang mendasari Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-MIzan dan
pengurus bagian perpustakaan pondok untuk mengundang pelatih kondang KH. Abu
Sangkan agar mentraining para santri dan guru-guru dalam memberikan kiat-kiat
untuk meraih shalat khusu’
Intinya adalah dalam pengendalian fikiran,
perasaan hati. Konon kabarnya fikiran selalu bergerak dan berubah sebanyak
60.000 kali dalam sehari-semalam. Fikiran tidak pernah diam, ia selalu
bergerak berubah setiap saat, bahkan ketika kita tidur fikiran tetap bekerja,
ia tidak pernah diam. Bagaimana mungkin kita mengedalikannya agar tetap
berfikir pada hal yang positip? Kita hanya bisa mengetahui bahwa fikiran
kita sedang memancarkan gelombang positip atau negatif dari perasaan kita.
Ketika kita sedang merasa kecewa, jengkel, sedih, cemas, tertekan itulah
saatnya fikiran memancarkan gelombang negatif yang tentunya akan menghadirkan
kejadian negatif pula dalam hidup kita. Ketika kita merasa nyaman, bahagia,
tentram, sejahtera , hidup berkelimpahan itulah saatnya fikiran kita
memancarkan gelombang positip yang tentunya akan menghadirkan kejadian positip
pula dalam kehidupan kita.
Untuk mendapatkan fikiran dan perasaan
positip banyak cara dilakukan antara lain dengan latihan relaksasi,
hipnoterapi, yoga, terapi music dan lain lain. Shalat dengan khusuk dan benar
adalah salah satu cara untuk mengendalikan fikiran dan perasaan untuk tetap
memacarkan gelombang positip. Kondisi ini bisa dicapai jika orang yang
shalat fokus pada bacaan yang dibaca dalam shalat . Fikiran dan perasaan
dikendalikan oleh ayat atau kalimat yang diucapkan dalam shalat,
tidak melantur dan melayang kemana kemana. Untuk itu tentu orang yang
shalat tersebut harus hafal dan mengerti benar bacaan dan ayat-ayat yang
dibacanya dalam shalat tersebut.
Menyamakan ucapan, fikiran , dan
perasaan hati
Kebanyakan orang dalam melaksanakan sholat antara
ucapan (bacaan dalam sholat), fikiran dan perasaan hatinya tidak sama. Lisannya
membaca A, fikirannya membayangkan B dan hatinya merasakan C. Penyebab
utama kondisi ini karena mereka tidak mengerti dan paham apa yang mereka
ucapkan dalam sholat, akibatnya ketika sholat fikirannya melantur kemana mana .
Antara ucapan, fikiran dan perasaan hati mereka tidak menyambung.
Kondisi khusu’ bisa dicapai jika antara ucapan
(bacaan sholat) , fikiran dan perasaan hatinya sama. Lisannya membaca A,
fikirannya membayangkan A dan hatinya juga membayangkan A. Kondisi khusu’ ini
justru banyak dialami orang diluar kegiatan sholat, misalnya ketika seseorang
sedang berbicara dengan temannya yang berada dikota lain melalui hand
phone. Dapat dipastikan walaupun lawan bicaranya tidak terlihat ia berbicara
dengan serius dan khusu’, apa yang diucapkan , dibayangkan oleh fikiran
dan dirasakan oleh hatinya pasti sama.
Sungguh aneh jika ada orang yang berbicara
sesuatu namun antara ucapan, fikiran dan perasaannya tidak nyambung. Jika
ditanyakan apa yang kamu ucapkan tadi....ia hanya mengangkat bahu...”Tidak
tahu...!”. Apakah kamu mengerti apa yang kamu ucapkan ...ia hanya mengangkat
bahu..”tidak...!”. Sungguh sayang kondisi seperti ini banyak yang dialami oleh
orang yang mengerjakan sholat, ia tidak mengerti apa yang dibaca dan
diucapkannya. Inilah yang ditegur Allah dalam surat An Nisa 43 :
43-
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan...... (An Nisa
43)
Menyamakan ucapan , fikiran dan hati dalam
sholat bukanlah hal mudah, terlebih dahulu kita harus mengerti apa yang kita
baca dalam sholat itu baik bacaan standar maupun ayat yang dibaca. Setelah kita
mengerti bacaan yang kita baca masih diperlukan latihan untuk menyamakan antara
lisan, fikiran dan hati, mengingat selama ini kita sudah terbiasa sholat dengan
fikiran melantur apa adanya. Dalam sholat khusu’ fikiran tidak boleh
melantur kemana- mana tapi harus tercurah pada bacaan sholat, demikian pula
perasaan hati.
0 komentar:
Posting Komentar