Selasa, 18 Maret 2014

Memang tidak mudah bagi kita untuk mendapatkan shalat khusu’, tanpa dilatih dan dibiasakan oleh kita dalam setiap praktek keseharian. Inilah yang mendasari Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-MIzan dan pengurus bagian perpustakaan pondok untuk mengundang pelatih kondang KH. Abu Sangkan agar mentraining para santri dan guru-guru dalam memberikan kiat-kiat untuk meraih shalat khusu’
Intinya adalah dalam pengendalian fikiran, perasaan hati. Konon kabarnya fikiran selalu bergerak dan berubah sebanyak 60.000 kali dalam sehari-semalam.  Fikiran tidak pernah diam, ia selalu bergerak berubah setiap saat, bahkan ketika kita tidur fikiran tetap bekerja, ia tidak pernah diam. Bagaimana mungkin kita mengedalikannya agar tetap berfikir pada hal yang positip?  Kita hanya bisa mengetahui bahwa fikiran kita sedang memancarkan gelombang positip atau negatif dari perasaan kita. Ketika kita sedang merasa kecewa, jengkel, sedih, cemas, tertekan itulah saatnya fikiran memancarkan gelombang negatif yang tentunya akan menghadirkan kejadian negatif pula dalam hidup kita. Ketika kita merasa nyaman, bahagia, tentram, sejahtera , hidup berkelimpahan itulah saatnya fikiran kita memancarkan gelombang positip yang tentunya akan menghadirkan kejadian positip pula dalam kehidupan kita. 

Untuk mendapatkan fikiran  dan perasaan positip banyak cara dilakukan antara lain dengan latihan relaksasi, hipnoterapi, yoga, terapi music dan lain lain. Shalat dengan khusuk dan benar adalah salah satu cara untuk mengendalikan fikiran dan perasaan untuk tetap memacarkan  gelombang positip. Kondisi ini bisa dicapai jika orang yang shalat fokus pada bacaan yang dibaca dalam shalat . Fikiran dan perasaan dikendalikan oleh ayat atau kalimat  yang diucapkan  dalam shalat,  tidak melantur dan melayang  kemana kemana. Untuk itu tentu orang yang shalat tersebut harus hafal dan mengerti benar bacaan dan ayat-ayat yang dibacanya dalam shalat tersebut. 

 Menyamakan ucapan, fikiran , dan perasaan hati
Kebanyakan orang dalam melaksanakan sholat antara ucapan (bacaan dalam sholat), fikiran dan perasaan hatinya tidak sama. Lisannya membaca A, fikirannya membayangkan B dan hatinya merasakan C.  Penyebab utama kondisi ini karena mereka tidak mengerti dan paham apa yang mereka ucapkan dalam sholat, akibatnya ketika sholat fikirannya melantur kemana mana . Antara ucapan, fikiran dan perasaan hati mereka tidak menyambung. 

Kondisi khusu’ bisa dicapai jika antara ucapan (bacaan sholat) , fikiran dan perasaan hatinya sama. Lisannya membaca A, fikirannya membayangkan A dan hatinya juga membayangkan A. Kondisi khusu’ ini justru banyak dialami orang diluar kegiatan sholat, misalnya ketika seseorang sedang berbicara dengan temannya yang berada dikota lain  melalui hand phone. Dapat dipastikan walaupun lawan bicaranya tidak terlihat ia berbicara dengan serius dan khusu’, apa yang diucapkan , dibayangkan oleh fikiran  dan dirasakan oleh hatinya pasti sama. 

Sungguh aneh jika ada orang yang berbicara sesuatu namun antara ucapan, fikiran dan perasaannya tidak nyambung. Jika ditanyakan apa yang kamu ucapkan tadi....ia hanya mengangkat bahu...”Tidak tahu...!”. Apakah kamu mengerti apa yang kamu ucapkan ...ia hanya mengangkat bahu..”tidak...!”. Sungguh sayang kondisi seperti ini banyak yang dialami oleh orang yang mengerjakan sholat, ia tidak mengerti apa yang dibaca dan diucapkannya. Inilah yang ditegur Allah dalam surat An Nisa 43 :

43- Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan......          (An Nisa 43)

Menyamakan ucapan , fikiran dan hati dalam sholat bukanlah hal mudah, terlebih dahulu kita harus mengerti apa yang kita baca dalam sholat itu baik bacaan standar maupun ayat yang dibaca. Setelah kita mengerti bacaan yang kita baca masih diperlukan latihan untuk menyamakan antara lisan, fikiran dan hati, mengingat selama ini kita sudah terbiasa sholat dengan fikiran melantur apa adanya. Dalam sholat  khusu’ fikiran tidak boleh melantur kemana- mana tapi harus tercurah pada bacaan sholat, demikian pula perasaan hati.

0 komentar: