Selasa, 18 Maret 2014



SANTRI Al-Mizan harus menjadi jailulquran (generasiqurani’) dengan cara memperkuat interaksinya langsung dengan ayat-ayat Allah dalam dinamika kehidupan keseharian santri. Sebagaimana dinamika kehidupan Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya yang berjalan beriringan dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga, bukan saja kehidupan itu berjalan di bawah bimbingan dan taujih Rabbani, tetapi juga ditandai dengan interaksinya langsung dengan Al-Qur’an sebagai minhajul hayatil yaumiyyah. Inilah yang menjadi alasan sehingga generasi pertama para sahabat mendapat julukan sebagai Jiil-Qur’ani.

Dalam konteks faktual, interaksi dengan Al-Qur’an bukan sebatas aspek tilawah, hafalan dan pemahaman. Tetapi lebih penting pada sisi penghayatan dan pengamalannya yang terus mengacu kepada bimbingan Al-Qur’an. Sepatutnyalah, setiap santri sebagai generasi penerus umat, mampu menjelaskan seluruh aktifitas hariannya sesuai dengan acuan dan kaidah Al-Qur’an dan berusaha menemukan jawaban atas persoalan-persoalan hariannya juga dengan menggali dan memperdalam Al-Qur’an. 

Al-Mizan dengan pesantren tahfidznya berusaha untuk ikut andil dalam mencetak  para penghapal-penghapal al-qur’an bagi generasi muda atau kalangan santri yang mereka nantinya akan menjadi cikal bakal pemimpin Indonesia dimasa yang akan datang.

Para santri tahfidz Al-Mizan jangan merasa hina dan berkecil hati hanya karena ketika di pondoknya, kalian tidak dilibatkan terlalu banyak dalam event atau kegiatan kepanitian dan ekscul yang lainnya.akan tetapi manfaatkanlah waktu yang telah diberikan dan disediakan dari pondok mulai dari jam 05.30 – 8.00 betul-betul untuk mewujudkan cita-cita kamu dan sekaligus harapan para orang tuamu untuk menjadi insan yang multi guna bagi agama, bangsa dan Negara.

Maka bapak pimpinan pondok memiliki harapan besar bagi para santri tahfidnya untuk mereka yang sekolah di pondok 3 tahun agar dapat mencapai hasil minimal hapalannya sebanyak 9 juz dengan asumsi persemester santri tahfiz harus bisa menghapal sebanyak 1 juz setengah ini tentunya bukan saja menjadi tugas anak sebagai subjek penghapal alqur’an akan tetapi juga PR bagi para murobbi (alhuffadz) untuk mencari langkah dan strategi agar anak-anak didiknya betul-betul bisa merealisasikan apa yang menjadi harapan besar pondoknya mencetak insan hafidz dan hafidzoh.

Solusinya yang pertama adalah bagi mereka para santri yang ingin memiliki kedekatan dengan al-quran adalah mereka dengan cara sering membaca Al-Qur’an terjemahan. Dengan melalui terjemahan ini, diharapkan para santri akan senantiasa dapat mentadabburi ayat-ayat Allah untuk memahami dan menjelaskan kehidupannya. Mudah-mudahan saja, para santri-santri kita yang kecil niatnya dalam menghapal alqur’an dan belum juga termotivasi untuk membaca al-qur’an akan semakin terus dekat dalam mencintai al-qur’an,dan walaupun tidak semua dari mereka memiliki qur’an tarjamah mudah-mudahan mereka semua sudah paham sepenuhnya akan maksud dan isi al-quran karena sudah memiliki basik dasar dalam  penguasaan bahasa Arabnya. 

Solusi yang kedua ialah dalam rangka meningkatkan kualitas kedekatan para santri dengan al-qur’an, ialah dengan selalu dilakukan upaya-upaya motivasi yang dapat mendorong semangat santri untuk selalu tidak lepas dengan bacaan dan hapalan ayat-ayat al-qur’annya yang dilakukan oleh para murobbinya setiap harinya ketika ia duduk membimbing mereka dengan menanamkan ‘doktrin-doktrin’ cinta alqur’an tanpa bosan-bosan, sebelum ia memulai halaqoh hapalan, dengan menyebutkan bahwa para hufadz wakil-wakil allah adalah pemegang kepercayaan allah di muka bumi. Sehingga mereka akan menjadi para hufadz yang betul-betul paham dengan maksud dan tujuan ia mengahapal al-qur’an, dan juga mampu merefleksikan isi al-quran itu dalam hidup kesehariannya di pondok. Amieen ya robbal’alamien.

0 komentar: